Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena proses penilaian tersebut dapat menjadi wadah berbagi informasi antar staf pengelola dan dapat memastikan bahwa arah pengelolaan sesuai dengan mandat penetapan kawasan. Di Indonesia, metode yang digunakan untuk menilai efektivitas pengelolaan adalah Management Effectiveness Tracking Tool (METT), yang dilakukan setiap dua tahun sekali dan mencakup enam aspek yaitu: (1) konteks, yang meliputi status hukum kawasan, (2) perencanaan, (3) input, (4) proses, (5) output, dan (6) outcome. Penilaian METT ini dapat dilakukan secara mandiri oleh masing-masing pengelola kawasan, dan dapat mengikutsertakan masyarakat sekitar kawasan serta pemangku kepentingan lain, dibantu fasilitator independen untuk hasil penilaian yang lebih komprehensif dan seimbang atau objektif.
Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTN) terakhir melaksanakan penilaian METT pada tahun 2019 dengan nilai 74, dan sebelumnya pada tahun 2017 dengan nilai 72. Oleh karena itu, tahun ini BBTN Lore Lindu kembali melakukan penilaian untuk menilai tingkat efektifitas pengelolaan yang dilakukan dalam kurun waktu Januari 2020 hingga November 2021. Kegiatan penilaian METT diselenggarakan pada tanggal 2-3 November 2021 di Kantor BBTN Lore Lindu, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Dalam kegiatan ini, FORCLIME yang diwakili oleh Bapak Ismet Khaeruddin, bersama dengan Bapak Andhika Chandra, S.Hut, M.Sc selaku perwakilan dari Direktorat Pengelolaan Kawasan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menjadi fasilitator penilaian METT.
Hasil penilaian mandiri menunjukkan adanya peningkatan efektifitas pengelolaan dengan nilai METT 80, yang umumnya dikarenakan pelaksanaan pengelolaan sesuai rekomendasi penilaian METT tahun 2019. Hasil penilaian ini akan dilaporkan dan diverifikasi oleh Direktorat Pengelolaan Kawasan Konservasi KLHK, sehingga pihak BBTN Lore Lindu perlu melengkapi semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti dan bahan verifikasi.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah