FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kehutanan bekerja sama dengan Working Group Tenure (WG Tenure) dan didukung oleh GIZ FORCLIME menyelenggarakan Diklat Pemetaan Konflik di Bogor. Peserta Diklat adalah Widyaiswara dari Pusdiklat Kehutanan dan Balai Diklat Kehutanan (BDK Pematang Siantar, Pekanbaru, Bogor, Kadipaten, Samarinda, Makasar, dan Kupang) serta 1 orang peserta independen dari Samarinda.
Tujuan Diklat adalah untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada para pemangku kepentingan tentang pemetaan konflik, analisis penyelesaian konflik, dan pendokumentasian data. Setelah mengikuti diklat ini, peserta diharapkan dapat menggunakannya sebagai bahan ajar maupun praktek dalam menyelesaikan konflik tenurial di sektor kehutanan.
Diklat dibuka oleh Dr. Ir. Agus Justianto, MSc. Kepala Pusdiklat Kehutanan yang didampingi oleh Dr. Ir. Iman Santoso, MSc., Koordinator Badan Pengurus Working Group on Forest Land Tenure. Dalam sambutan pembukaannya, Kepala Pusdiklat menyampaikan tiga pilar “Forestry Development” yaitu Low Carbon Emission Development; Resources Efficiency; dan Social Inclusiveness.
Praktik lapang juga dilakukan dalam diklat ini sebagai sarana untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk secara langsung mempraktekkan teori yang diajarkan. Praktik lapang dilakukan di Desa Kiarasari Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Desa ini merupakan salah satu desa di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Peserta menggunakan perangkat analisis land tenure untuk memetakan permasalahan land tenure di wilayah ini dengan menggali data dan informasi dari masyarakat di Kampung Cibuluh dan Kampung Gunung Leutik serta pihak Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Bekerja sama dengan Pusat Diklat Kehutanan dan didukung oleh GIZ, WG-Tenure telah menyusun Kurikulum Silabus (Kursil) Pemetaan Konflik, yang sudah disahkan melalui SK Kapusdiklat Kehutanan No. 35/Dik.2/2014. Empat perangkat analisis land tenure telah diadopsi dalam Kursil tersebut, yaitu Rapid Land Tenure Assessment (RaTA), Analisis Gaya Bersengketa (AGATA), Analisis gender dalam pengelolaan sumberdaya hutan, dan Pendokumentasian data konflik (HuMA-win).
Untuk informasi selanjutnya hubungi:
Edy Marbyanto, Strategic Area Manager for Human Capacity Development
FORCLIME bekerja sama dengan Pusat Hubungan Masyarakat (Pushumas) Kementerian Kehutanan berpartisipasi pada Indogreen Expo 2012 ke-6 tanggal 11 – 14 April 2014. Pameran yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center – JCC dilaksanakan dengan tema “Low Carbon Economic Forestry Development” dan dibuka oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 11 April.
Sekitar 10.000 pengunjung - di antaranya siswa SMA, mahasiswa, pejabat pemerintah dan pensiunan - yang datang ke pameran untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan yang dilakukan oleh berbagai peserta pameran yang utamanya adalah lembaga pemerintah dan perusahaan swasta, serta organisasi lain yang kehutanan terkait, baik nasional maupun internasional.Salah satu tampilan khusus dari stan FORCLIME adalah layar sentuh interaktif yang menampilkan peta berisi informasi tentang kegiatan FORCLIME di 3 kabupaten di Kalimantan (Malinau, Berau dan Kapuas Hulu). Layar sentuh ini menarik banyak pengunjung untuk berinteraksi langsung dan berdiskusi dengan staf FORCLIME.
Selain sejumlah stan pameran, setiap hari juga diadakan talk show dengan berbagai topik termasuk perubahan iklim, kehutanan, pertambangan berkelanjutan, produk kehutanan, dan produk-produk hijau. FORCLIME menyelenggarakan talk show dengan tema “Hutan dan Perubahan Iklim dan dimoderatori oleh Mohamad Rayan dan Klothilde Sikun. Peserta talkshow mengajukan banyak pertanyaan tentang berbagai topik, seperti kegiatan program, motif dan kontribusinya untuk melindungi hutan yang tersisa di Indonesia, termasuk juga pertanyaan yang lebih umum tentang REDD+, perubahan iklim, pengelolaan hutan lestari, pembalakan liar, keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi dan hutan, serta konvensi perubahan iklim internasional.
Untuk Informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Mohamad Rayan, Senior Adviser for CKM and M&E
Dalam rangka mempromosikan kerja sama “Selatan-Selatan”, GIZ FORCLIME memfasilitasi kunjungan ke Brazil bagi pejabat Kementerian Kehutanan dan pejabat Pemda Kabupaten Berau. Di Brazil delegasi melakukan dialog dengan berbagai institusi di empat kota di Brazil yaitu Brasilia, Belem, Rio de Janeiro dan Sao Paulo mengenai isu-isu penting dan pembangunan sector kehutanan di Indonesia dan Brazil.
Setelah diterima oleh Duta Besar Indonesia untuk Brazil, Sudaryomo Hartosudarmo, delegasi mengunjungi Brazilian Forest Service (SFB), “main host” di kota Brasilia dan diterima oleh Direktur Jendral Kehutanan, Marcus Vinicius da Silva Alves, PhD. SFB adalah lembaga federal yang menangani kehutanan di Brazil di bawah Kementerian Lingkungan Hidup (MMA).
Organisasi yang dikunjungi termasuk IPAM (Amazon Environmental Institute) dan ICMBIO (lembaga di bawah Kementerian Lingkungan hidup, MMA, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan lindung di Brazil) di tingkat nasional, dan SEMA (State Environmental Agency) dan IDEFLOR (Para Forestry Institute for Development). Kedua institusi ini bertanggung jawab terhadap konsesi hutan di State Para. Di kota ini delegasi mengunjungi perusahaan konsesi kayu “Ebata” yang memiliki konsesi seluas 6.000 ha dan juga melakukan penanaman seluas 3.000 ha. Perusahaan ini juga memiliki industri pengolahan kayu dengan produk flooring, docking dan panel.
Di kota Rio de Janeiro, delegasi mengunjungi BNDES (Banco Nacional de Desenvolvimento Economico e Sosial) yaitu Bank Pembangunan yang salah satu tugasnya adalah mengelola Amazon Fund, yang bersumber dari pemerintah Norwegia, KFW Jerman dan perusahaan minyak Brazil.
Kunjungan terakhir adalah IPEF (Forestry Science Institute) yaitu lembaga riset yang mendapat dukungan dari University of Sao Paulo. Lembaga riset ini banyak menghasilkan produk penelitian hutan tanaman Eucalyptus dan Pinus. Hasil yang cukup menonjol dari Lembaga ini adalah produktivitas Eucalyptus yang rata-rata mencapai 45 m3/ha/tahun.
Dari kunjungan ke Brazil ini Kementerian Kehutanan maupun Pemda Berau memperoleh informasi terkait dengan pengelolaan hutan Brazil, terutama dalam pengelolaan konsesi hutan, hutan tanaman dan pengelolaan dana terkait perubahan iklim. Sehingga berpotensi untuk ditindaklanjuti dengan kerja sama dan kunjungan bagi staf pelaksana bidang (working level).
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:
Pipin Permadi, Senior Adviser (Forest Policy)