FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Forum Koordinasi dan Komunikasi Cagar Biosfer Lore Lindu, didukung FORCLIME, mengadakan rapat koordinasi pada 3 Maret 2021 di Palu, Sulawesi Tengah. Pertemuan tersebut membahas kegiatan yang telah dilaksanakan dan rencana tindak lanjut, terutama yang terkait dengan promosi produk lestari termasuk jasa lingkungan dari cagar biosfer. Pertemuan yang dibuka oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) selaku Ketua Forum tersebut dihadiri oleh 25 peserta yang mewakili pejabat pemerintah provinsi dan anggota usaha kecil dan menengah (UKM).
Kepala Bappeda, Bapak Faizal Mang, dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa kualitas dan promosi yang lebih baik akan meningkatkan pemasaran dan harga produk dan jasa, yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan. Lebih lanjut dikatakannya, Forum ini, didukung oleh GIZ, akan memfasilitasi peningkatan kualitas dan promosi produk dari cagar biosfer.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, Forum akan mengembangkan database produk dan jasa yang sudah memasang logo cagar biosfer untuk menghindari penyalahgunaan logo yang saat ini terjadi. Sementara itu, UKM yang ingin memasang logo cagar biosfer harus melakukan registrasi. Selain itu, Forum akan mendaftarkan logo Cagar Biosfer Lore Lindu ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terkait dengan hak cipta. Pertemuan tersebut juga menyepakati untuk meninjau kembali Rencana Pengelolaan yang ada dan akan menyusun roadmap Cagar Biosfer Lore Lindu 2025.
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi:
Ismet Khaeruddin, Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Salah satu tugas Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah mendukung pengembangan penghidupan yang lebih baik bagi petani lokal dengan melibatkan mereka dalam pengelolaan hutan Lestari. Karena wanatani (agroforestry) merupakan pendekatan yang menjanjikan maka penyediaan bibit yang baik atau bahkan mengenalkan komoditi baru terkadang diperlukan. Untuk itu hal terpenting adalah membangun dan mengelola kebun benih berkualitas tinggi. Untuk meningkatkan kapasitas dalam memproduksi benih, KPH Kapuas Hulu Timur, didukung FORCLIME, mengadakan pelatihan mengenai pembuatan dan pengelolaan kebun benih pohon. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 10-11 Desember 2019 di lokasi dimana kebun benih akan dibangun. Selain personel KPH Kapuas Hulu Timur, beberapa petani setempat juga mengikuti pelatihan tersebut.
Setelah pembukaan, terjadi diskusi yang menarik dengan petani yang diundang mengenai kebutuhan dan potensi yang ada di desa mereka. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi mengenai pertimbangan dan persyaratan dalam membanguna kebuh benih. Pada hari kedua, peserta belajar mengenai pengelolaan kebun benih, yang dilanjutkan dengan prkatik menyiapkan media tanam, membangun struktur atap dan saluran air bagi benih yang baru ditanam.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Petrus Derani, Advisor teknis bidang Hasil Hutan Bukan Kayu dan Perhutanan Sosial
Reinhard Hilliger, Advisor bidang KPH
Usia rata-rata petani Indonesia saat ini adalah 56 tahun. Dengan skema perhutanan sosial yang berlangsung selama 35 tahun, ada kebutuhan untuk menyerahkan tongkat kendali perhutanan sosial kepada generasi muda. “Di sinilah pemuda menjadi penting. Keterlibatan pemuda adalah inti dari keberhasilan perhutanan sosial”, Bambang Supriyanto, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan di depan mahasiswa dari 14 universitas di Indonesia dalam Crash Course of Social Forestry for Youth di Manggala Wanabakti, 28 November 2019.
Delapan puluh siswa yang berpartisipasi dalam Crash Course tersebut terlibat tidak hanya dalam ceramah, tetapi juga sesi speed dating dengan perwakilan hutan desa dari tiga kabupaten di Kalimantan: Kapuas Hulu, Malinau, dan Berau untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang kehutanan sosial.
“Crass course adalah proses pembelajaran yang efektif karena para peserta didorong untuk tidak hanya mendengarkan, tetapi juga berkomunikasi dengan para pelaku nyata Perhutanan Sosial,” kata Ahmad Arsyad (21) dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. “Dengan jumlahnya yang besar, saya pikir pemuda harus terlibat dalam membantu dan mendidik masyarakat setempat untuk mengunggulkan perhutanan sosial,” tambahnya.
Selain mengajarkan pemuda tentang kehutanan sosial, dalam forum ini juga diadakan diskusi kelompok terfokus untuk mengakomodasi aspirasi kaum muda tentang bagaimana mereka ingin terlibat dalam perhutanan sosial.
Setelah acara tersebut, sebuah laporan akan disiapkan dan diserahkan kepada Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan yang dapat digunakan sebagai bahan diskusi lebih lanjut untuk mengembangkan skema pelibatan pemuda dalam perhutanan sosial.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Sekar A. Yunita, Advisor muda untuk kebijakan kehutanan
Ratu Wina Widyawati, Pengelolaan informasi dan pengetahuan