FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan FORCLIME menyusun artikel bersama yang telah diterbitkan pada Jurnal Geografi Indonesia: "Pencapaian terkini pengurangan deforestasi di Kalimantan" [(IJG Vol. 50) No 2 Desember 2018]. Makalah ini menganalisis laju deforestasi dan emisi bruto dari deforestasi di lima provinsi di Kalimantan setelah 2012, dalam kurun waktu 2013 hingga 2015, dan mengaitkannya dengan laju deforestasi dan emisi tahunan rata-rata setiap provinsi periode 1990-2012, yang ditetapkan Indonesia sebagai rona awal Referensi Tingkat Emisi Hutan (forest reference emissions level-FREL).
Hasilnya menunjukkan gambaran yang beragam: Kecenderungan linier keseluruhan deforestasi dan laju emisi bruto di Kalimantan mengarah ke bawah (lihat Gambar 1) namun dengan fluktuasi tahunan yang cukup besar khususnya pada periode sebelumnya. Akan tetapi, perkembangan pengurangan emisi dari deforestasi sangat bervariasi antara lima provinsi Kalimantan, seperti yang diharapkan karena perbedaan biogeofisika dan ekonomi, sejarah penebangan dan sumber daya hutan awal dan yang tersisa. Sementara Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur memiliki tren penurunan linear dalam jangka panjang dan dengan demikian tampaknya berada pada keadaan yang baik dalam hal mengurangi deforestasi. Sedangkan Kalimantan Barat dan Utara menunjukkan kinerja yang kurang baik dalam hal mengurangi deforestasi. Namun demikian, emisi aktual dari deforestasi yang terakumulasi sejak 1990 hampir tidak di bawah skenario Business-As-Usual (BAU) (lihat Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa upaya keseluruhan di kelima provinsi Kalimantan hingga saat ini tidak cukup untuk mencapai pengurangan emisi yang signifikan dibandingkan dengan skenario BAU yang diproyeksikan.
Gambar 1. Tingkat emisi rata-rata tahunan untuk pulau Kalimantan (batang merah) dengan FREL (garis putus-putus hitam) dan tren linier emisi tahunan (garis putus-putus merah).
Gambar 2 Emisi kumulatif dari deforestasi di Kalimantan. Emisi historis dari periode referensi historis (1990-2012) ditampilkan dalam warna hijau,BAU untuk periode proyeksi (2013-2020) berwarna kuning dan emisi aktual pada tahun 2013, 2014 dan 2015 berwarna merah
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Stephanie Wegscheider, Advisor bidang GIS/Remote Sensing
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr Siti Surbaya, menerima Anugerah Parahita Ekapraya (APE) 2018 yang diserahkan oleh Wakil Presiden pada tanggal 19 Desember 2018 di Istana Wakil Presiden, Jakarta. APE diberikan pemerintah kepada kementerian/lembaga yang memiliki komitmen mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, memiliki inovasi dalam penerapan kesetaraan gender, melakukan pembinaan Pengarusutamaan Gender (PUG) kepada kementerian/lembaga lainnya dan pemerintah daerah. Ada empat kategori APE, yaitu Pratama, Madya, Utama, dan yang tertinggi adalah Mentor. Kali ini, penghargaan yang diterima KLHK merupakan kategori tertinggi Anugerah Ekapraya, yaitu tingkat Mentor. Sebelumnya KLHK (2016) mendapatkan APE tingkat Utama. Selain KLHK, APE 2018 tingkat Mentor, juga diberikan kepada Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perikanan dan Kelautan.
Salah satu pembeda dari APE Utama (2016) ke APE Mentor (2018) adalah KLHK telah melakukan inovasi berupa aktivitas kegiatan percontohan di tingkat tapak di kabupaten-kabupaten: Agam (Sumatra Barat), Waingapu (Nusa Tenggra Timur), dan di wilayah percontohan (demonstration areas) FORCLIME. Sejak 2013, secara konsisten, FORCLIME mendukung kegiatan Pengarusutamaan Gender di KLHK dan akan tetap memberikan dukungan kepada Pokja PUG KLHK.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
M. Rayan, Gender Focal Point, Advisor Crosscutting Issues & Conflict Management
Wandojo Siswanto, Manajer bidang Kebijakan Kehutanan