FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Bunga Bangkai atau Amorphophallus titanum terlihat selama pelatihan dua hari mengenai rehabilitasi tanaman kakao di desa Ukit Ukit, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Tanaman dengan bau yang tidak menyenangkan seperti hewan busuk ini diklasifikasikan sebagai rentan oleh International Union for the Conservation of Nature (Daftar Merah IUCN).
Tanaman tersebut ditemukan di hutan sekunder campuran tua yang terdiri dari buah-buahan dan tanaman pohon tinggi seperti durian, rambutan, kakao dan karet pohon, dekat dengan tepi sungai Labian. Tumbuhan ini sangat sensitif terhadap perubahan habitat, kehadiran Bunga Bangkai di hutan menunjukkan bahwa kondisi tanah yang baik, keanekaragaman hayati yang kaya, dan adanya keseimbangan ekologi.
FORCLIME mendukung kelompok masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu termasuk 12 petani agroforestri dari desa Ukit Ukit dan desa Labian Iraan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menerapkan sistem agroforestry di ladangnya.
Untuk informasi lebih lanjut tentang kegiatan agroforestry FORCLIME di Kapuas Hulu, silakan hubungi:
Karl Jaeger, Adviser untuk Pembangunan Ekonomi Hijau
Biro Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan GIZ telah menandatangani perpanjangan Perjanjian Pelaksanaan Kerja Sama Teknis Program Hutan dan Perubahan Iklim (FORCLIME TC-Module) pada tanggal 27 September 2016. Melalui penandatanganan ini, Program FORCLIME dilanjutkan sampai dengan tahun 2019. Fokus utama pelaksanaan kegiatan untuk periode 2017-2019 adalah meningkatkan kerangka hukum dan kelembagaan untuk pengelolaan hutan lestari, konservasi keanekaragaman hayati dan pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan.
Sebagaimana tertuang dalam dokumen negosiasi antar pemerintah Indonesia dan Jerman pada tahun 2015, cakupan geografis kegiatan FORCLIME adalah Kalimantan Timur-Barat-Utara, serta dukungan kegiatan pada Program KfW Forest 3 di Sulawesi Tengah dan tingkat nasional.
FORCLIME didanai oleh Kementerian Federal Jerman Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) dan dilaksanakan oleh GIZ dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui Biro Perencanaan sebagai Badan Pelaksana.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Georg Buchholz, Direktur Program FORCLIME
Pipin Permadi, Koordinator Nasional
FORCLIME menerbitkan publikasi baru: Pengembangan Model Biomassa Permukaan Menggunakan LiDAR di Kalimantan. Publikasi ini merupakan salah satu dukungan FORCLIME terkait dengan kegiatan demonstrasi REDD+, membantu pengambil keputusan dengan pengalaman bagaimana REDD+ dapat diimplementasikan "di lapangan". Tingkat emisi referensi hutan (Forest Reference Emission Level - FREL) adalah patokan untuk menilai kinerja suatu wilayah atau negara dalam melaksanakan kegiatan REDD+. FORCLIME mendukung tiga kabupaten di Kalimantan dalam mengembangkan FREL, yaitu Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Berau (Kalimantan Timur) dan Malinau (Kalimantan Utara).
Salah satu parameter yang dibutuhkan untuk mengembangkan FREL adalah faktor emisi untuk mengukur hilangnya karbon dalam kasus degradasi atau deforestasi. Karena karakteristik yang sangat spesifik dari ekosistem hutan di berbagai wilayah, oleh karenanya stok karbon sangat bervariasi. Sehingga adalah wajar untuk mengembangkan faktor emisi lokal eksplisit, seperti sejauh hutan mereka dikategorikan sebagai jenis hutan yang sama dalam sistem nasional. Untuk meningkatkan akurasi pengukuran karbon hutan di masa depan, FORCLIME telah mengembangkan faktor emisi lokal eksplisit untuk biomassa di atas tanah (AGB) di tiga kabupaten percontohan berdasarkan data yang diambil dengan Light Detection And Ranging (LIDAR) sensor.
Publikasi dapat diunduh di sini
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Stephanie Wegscheider, Adviser bidang GIS dan Remote Sensing