FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Setelah beberapa seri pertemuan antara pakar di Forest for Life Indonesia (FFLI) dengan FORCLIME yang membahas mengenai isu kebijakan yang sedang berkembang di sektor Kehutanan Indonesia, bekerja sama dengan Forest for Life Indonesia, FORCLIME mengadakan webinar mengenai Pembangunan Kehutanan setelah Undang-undang Cipta Kerja pada tanggal 10 April 2021 di Bogor, Jawa Barat. Acara yang diselenggarakan secara daring dan luring ini dipandu oleh Manajer bidang strategis FORCLIME, Wandojo Siswanto, sebagai moderator. Webinar dihadiri oleh 187 peserta yang mewakili akademisi, LSM, pelajar perguruan tinggi, mitra pembangunan, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, sektor swasta.
Prof. Haryadi Kartodihardjo dari Forest for Life Indonesia (FFLI) menyampaikan implikasi strategis UUCK terhadap aspek perijinan, kemasyarakatan, dan penguatan kelembagaan pengelolaan hutan di luar Jawa melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Selain itu, disampaikan implikasi terhadap pengelolaan hutan di Jawa (Perhutani). Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari Prof. San Afri Awang yang menyampaikan bahwa dalam PP. 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, intervensi Perhutanan Sosial menjadi sangat penting di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Salah satu polemik terbitnya UUCK terhadap KPH adalah hilangnya Tupoksi KPH untuk membangun bisnis. Namun, KPH sebetulnya tetap bisa membangun kemitraan, seperti yang dituangkan dalam PP 23/2021. Kemitraan ini berbasis 3 pasal, yakni pasal 204, 205, 213 dalam PP 23/2021.
Selanjutnya, Dr. Iman Santoso, perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), memaparkan perbandingan sebelum UUCK dan pasca UUCK, dimana adanya UUCK dan turunannya justru menyebabkan penyelenggaraan kehutanan benar-benar menggunakan pendekatan lanskap, dimana pada UUCK dalam satu lanskap, satu perijinan sudah cukup untuk multiusaha dan dianggap sangat menguntungkan, mudah, dan murah, dengan tujuan menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Sebagai panelis terakhir, Ir. Madani Mukarom selaku perwakilan dari Asosiasi KPH menyampaikan implikasi dari UUCK adalah menurunnya total organisasi KPH di daerah karena KPH hanya berperan sebagai cost-centre. Selain itu, SDM juga akan berkurang karena tugas hanya terbatas untuk fasilitasi. Hal lain yang menjadi perhatian yakni KPH juga harus merevisi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP), karena usaha kemandiriannya sudah tidak ada. Dampak lain juga termasuk penerimaan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) yang berhenti/tidak ada lagi. Selain implikasi UUCK, Ir. Madani juga menyoroti adanya perubahan Tupoksi KPH berdasarkan PP 6 dibandingkan dengan PP 23/2021.
Pada akhir acara Dr. Agus Djoko Ismanto, sebagai Rapporteur, menyampaikan catatan selama berlangsungnya webinar yang kemudian akan dirumuskan dalam bentuk policy brief. Webinar ini merupakan seri pertama dari rangkaian kajian Pembangunan Kehutanan Pasca Undang-undang Cipta Kerja.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Wandojo Siswanto, Manajer bidang strategis terkait kebijakan kehutanan dan perubahan iklim
Dalam rangka mengumpulkan informasi dari para pihak terkait di provinsi Papua untuk penyusunan rencana kerja tahunan, FORCLIME melanjutkan sesi pengenalan di provinsi Papua melalui lokakarya perencanaan di Jayapura pada tanggal 29 Maret 2021. Lokakarya serupa telah dilakukan di Manokwari, Papua Barat pada minggu sebelumnya. Acara yang dibuka oleh Bapak Estiko Tri Wiradyo dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Provinsi Papua ini dihadiri oleh 53 peserta yang mewakili perguruan tinggi lokal, mitra pembangunan, pemerintah provinsi, LSM lokal. Hasil lokakarya perencanaan di Manokwari dan Jayapura akan dirumuskan sebagai dasar penyusunan rencana kerja tahunan, yang kemudian akan dijadikan pedoman bagi FORCLIME untuk melaksanakan kegiatannya pada tahun 2021 di kedua provinsi tersebut. Pengembangan rencana kerja tahunan akan melibatkan mitra terkait di tingkat provinsi dan kabupaten.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Mohammad Sidiq, Koordinator Papua dan Manajer bidang strategis pengelolaan hutan lestari
Menindaklanjuti peluncuran program FORCLIME 4.0 di awal tahun, Biro Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebagai Project Executing Agency FORCLIME, memperkenalkan FORCLIME 4.0 kepada para pihak di Papua Barat pada tanggal 25 Maret 2021 di Manokwari. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk mengumpulkan informasi dari para pihak terkait dalam rangka penyusunan rencana kerja tahunan FORCLIME, yang kemudian akan dibahas dengan mitra proyek di tingkat provinsi dan kabupaten. Topik utama dalam pertemuan tersebut adalah analisis pohon masalah terkait dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), perhutanan sosial dan konservasi keanekaragaman hayati, serta identifikasi kegiatan yang akan dimasukkan ke dalam penyusunan rencana kerja tahunan. Pertemuan yang dilakukan secara campuran online dan offline ini dihadiri oleh 43 orang yang mewakili KLHK, Dinas Kehutanan Papua Barat, Pemprov (yaitu Badan Litbang Daerah-Balitbangda), mitra pembangunan, LSM lokal, perguruan tinggi setempat.
“Rencana kegiatan program FORCLIME 4.0 sudah sesuai dengan rencana kerja KPH di Papua Barat, termasuk KPH Tambrauw,” kata Petrus Tawer, Kepala KPH Tambrauw.
Pertemuan serupa juga akan dilakukan minggu depan di Jayapura untuk para pihak terkait di Provinsi Papua.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Mohammad Sidiq, Koordinator Papua dan Manajer bidang strategis pengelolaan hutan lestari