FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Dalam rangka menyiapkan dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Sorong Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat mengadakan pertemuan pada tanggal 4 November 2022. Pertemuan yang dilaksanakan secara daring ini dibuka oleh Kepala KPHP Sorong Selatan, Reynold Kesaulija, S.Hut., M.Si., dan dihadiri oleh FORCLIME sebagai salah satu mitra pembangunan di Provinsi Papua Barat.
Dalam pertemuan tersebut Kepala KPHP Sorong Selatan meminta dukungan dalam pelaksanaan kegiatan tata hutan (pembagian blok dan petak), yang hasilnya akan membantu dalam penyusunan dokumen RPHJP. Terkait dengan kegiatan tata hutan tersebut, FORCLIME akan mendukung proses konsultasi (coaching clinic). Namun pelaksanaannya dilakukan oleh KPHP Sorong Selatan dengan tetap berkoordinasi dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Manokwari.
Disamping itu, akan diselenggarakan coaching clinic penyusunan RPHJP bagi seluruh KPH di Provinsi Papua Barat sekitar akhir November atau awal Desember 2022. Dalam kegiatan ini, data-data Biogeofisik dan Sosekbud KPHP Sorong Selatan yang telah diambil bersama-sama dengan FORCLIME akan menjadi contoh dalam diskusi dan pembahasan.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nita Yohana, Advisor bidang pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua Barat.
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, Pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua dan Papua Barat
Sejak tahun 2013 FORCLIME mendukung mitra kerja mempromosikan pengelolaan hutan lestari berkolaborasi dengan majalah National Geographic Indonesia. Tahun 2022 ini kolaborasi dengan National Geographic Indonesia untuk menyoroti pengelolaan hutan lestari dan konservasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Wasur di Merauke, Papua Selatan. Kegiatan yang diberi nama Pusparagam Wasur, akan menghasil produk berupa artikel fitur (feature article) dan peta informatif yang akan disisipkan pada majalah National Geographic Indonesia (NGI), serta film pendek yang akan disiarkan di media sosial NGI.
Kerja sama tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, selain materi publikasi tersebut di atas, juga dilakukan pelatihan tentang persiapan dan pengembangan virtual tour bagi staf Taman Nasional Wasur. Sebagai bagian dari instrumen promosi, virtual tour taman nasional dan destinasi ekowisata menjadi media yang paling efektif dalam mempromosikan ekowisata dalam “gaya hidup new normal” pasca pandemi. Sehingga informasi mengenai Taman Nasional Wasur dapat tersebar lebih luas.
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi, Tim NGI melakukan ekspedisi ke Taman Nasional Wasur mulai tanggal 19 Oktober hingga 1 November 2022. Tiga hari pertama perjalanan Pusparagam Wasur diawali dengan pelatihan persiapan dan pengembangan virtual tour Taman Nasional Wasur, yang diikuti staf taman nasional. Melalui pelatihan ini, para peserta menambah keahlian dan keterampilannya dalam pembuatan film pendek untuk mempromosikan taman nasional.
Perjalanan ekspedisinya diawali dari Kampung Rawa Biru, salah satu kampung binaan taman nasional. Tempat ini menjadi titik awal Tim NGI mengambil gambar dan melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat. Lokasi-lokasi yang dikunjungi termasuk Savana Youram, Rawa Dolgamit, Pantai Tomer untuk mengambil panorama, pengamatan satwa liar, lanskap lahan basah, juga pengamatan burung migran. Selain itu, mereka juga mengunjungi kampung binaan FORCLIME dan Taman Nasional Wasur, yaitu kampung Yanggandur dan kampung Wasur. Di Yanggandur, mereka meliput kegiatan kelompok perempuan yang menghasilkan produk hasil hutan bukan kayu, termasuk madu trigona (madu dari budidaya lebah tanpa sengat), teh sarang semut (minuman herbal yang dibuat dari tanaman epifit genus myrmecodia), minyak kayu putih. Sedangkan di Wasur, mereka meliput tradisi sasi (aturan adat yang mengatur larangan untuk mengambil sumber daya alam pada lokasi atau dusun dalam jangka waktu yang tertentu). Sasi berkaitan dengan penghormatan pada sanak saudara yang meninggal dunia. Upacara yang dilakukan saat itu adalah mencabut sasi, dilakukan setelah setahun kematian sanak keluarga. Secara tidak langsung Sasi merupakan kelola wilayah, memberi waktu agar sumber daya alam memiliki waktu untuk tumbuh dan memulihkan populasi.
Hasil perjalanan Pusparagam Wasur ini akan ditayangkan pada majalah National Geographic Indonesia edisi bulan Januari tahun 2023. Melalui para pembacanya, diharapkan informasi tentang Taman Nasional Wasur dapat tersebar luas dan menjangkau khalayak nasional. Selain itu, film-film pendek yang dihasilkan dari kolaborasi ini akan ditayangkan pada media sosial NGI sehingga dapat menjangkau generasi muda.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, Pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Ratu Wina Widyawati, Advisor bidang Pengelolaan Pengetahuan
Landak irian atau Ekidna (Zaglossus bruijnii) adalah satwa liar endemik Tanah Papua yang dikategorikan rentan (vulnerable) oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), organisasi internasional yang bergerak di bidang konservasi alam dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ekidna tergolong dalam monotremata atau mamalia bertelur. Dalam kegiatan moni-toringnya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat tidak pernah menemukan sat-wa ini sehingga keberadaannya tidak dapat dipastikan. Satwa ini dianggap populasinya menurun. Namun untuk mengetahui kepastiannya, perlu dilakukan kajian.
Oleh karenanya, BBKSDA Papua Barat, didukung FORCLIME, melakukan survei Ekidna di wilayah kerja BBKSDA, yaitu di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Beriat. Survei dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober – 1 November 2022. Lokasi survei difokuskan di tiga kampung di sekitar TWA Beriat, yaitu: Srer, Aibobor dan Wehali. Survei dilakukan dengan menggunakan metoda wawancara dan pengamatan langsung.
Sebelum pelaksanaan survei, pelaksana yang terlibat dalam kegiatan survei Ekidna ini diberi pelatihan ter-lebih dahulu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan in-ventarisasi landak irian melalui observasi langsung dan survei sosial. Pelatihan untuk survei identifikasi Ekidna dilaksanakan pada tanggal 14 hingga 16 Oktober 2022. Peserta pelatihan terdiri dari:
- Enam staf BBKSDA Papua Barat.
- Empat siswa magang FORCLIME.
- Satu staf FORCLIME.
- 10 orang dari tiga kampung lokasi survei.
- Dua orang dari Universitas Papua (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan D3 Konservasi Fakultas Kehutanan).
Dalam pelatihan, peserta mendapatkan panduan untuk mengeksplorasi satwa yang disurvei serta panduan untuk melakukan survei lapangan atau observasi dan survei sosial. Metode observasi dilakukan dengan teknik pengamatan langsung dan identifikasi jejak. Sedangkan survei sosial menggunakan teknik wa-wancara langsung khususnya informan kunci di kampung, misalnya kepala kampung, tokoh adat, tokoh agama, dan pencari landak. Selain mendapatkan teori, peserta juga melakukan praktik lapangan, yaitu di Kampung Srer dan TWA Beriat.
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah menganalisis data hasil survei yang kemudian dituangkan dalam sebuah laporan. Hasil survei Ekidna ini selanjutnya dapat menjadi referensi, tidak hanya bagi para peneliti tetapi juga para pihak lainnya.
Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Nita Yohana, Advisor bidang pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua Barat
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua dan Papua Barat