FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Untuk mendukung kegiatan budidaya dan konservasi (melalui restocking) anggrek di kawasan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua serta mendukung pengembangan pemasaran anggrek untuk Kareba Orchid Cagar Biosfer Lore Lindu (CBLL), FORCLIME melakukan kunjungan dan pertukaran pengetahuan dengan BBKSDA Papua terkait konservasi dan budidaya anggrek. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28-30 November 2022 di Kampung Maribu dan Kampung Dosai, yang merupakan kampung binaan BBKSDA Papua. Kedatangan tim FORCLIME disambut oleh Bapak Purnama Ashari, selaku Kepala Resort Moy dan koordinator Polisi Hutan.
Poin utama yang didiskusikan selama pertemuan adalah kendala-kendala yang dialami dalam pembudidayaan anggrek dan konservasi anggrek melalui restocking ke alam. Selain itu, menilik pembelajaran dari BBKSDA Papua, Kareba Orchid CBLL perlu mendapatkan fasilitasi dan pendampingan dalam pembuatan surat izin edar, sehingga penjualan anggrek dapat memenuhi permintaan dari luar kota.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Fikty Aprilinayati, Advisor bidang Pengelolaan Hutan Lestari dan Pengelolaan Cagar Biosfer
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Salah satu kebutuhan peningkatan kapasitas yang dibutuhkan oleh entitas lokal adalah pengembangan usaha bisnis (business development). Oleh karenanya, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Dinas KLH) Provinsi Papua, didukung FORCLIME, mengadakan Pelatihan Dasar dan Pendampingan mengenai Digital Marketing dan eCommerce Management. Rangkaian kegiatan ini telah dimulai sejak tanggal 25-28 Oktober 2022 untuk pelatihan dasar, dan 23-25 November untuk pendampingan dasar di Jayapura. Peserta yang hadir pada dua batch kegiatan ini berjumlah 40 orang, yang mewakili KPH dan CDK di Provinsi Papua, pengelola Galeri Kreatif Kehutanan, kelompok tani hutan dari kampung dukungan FORCLIME.
Perbedaan yang mendasar antara kegiatan pelatihan dan pendampingan, yaitu: dalam sesi pelatihan dasar, pengajar lebih banyak memberikan materi/teori kepada peserta, sedangkan dalam pendampingan, peserta diharapkan mampu mengambil bagian lebih besar dengan mempraktikkan materi/teori yang disampaikan oleh Tim Pengajar.
“Pemerintah Provinsi Papua mencanangkan sektor kehutanan untuk dapat memaksimalkan sumber daya alam bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan. Menurut data, jika dibanding dengan hasil hutan kayu, yang cenderung merusak hutan, hasil hutan bukan kayu (HHBK) lebih ramah menjaga hutan, juga justru dapat menghasilkan miliaran rupiah dari dalam mengelola HHBK”, kata Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Jan Jap Ormuseray, S.H, M.Si., pada saat pembukaan pelatihan. “Melalui narasumber, kita bisa belajar digital marketing agar dapat membantu pemasaran HHBK yang sudah dibina. Hal ini dapat menjadi solusi untuk peningkatan penghasilan masyarakat”, tambahnya.
Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan mengenai: Digital marketing dasar, pemasaran produk, optimasi media sosial, eCommerce management melalui marketplace.
Setelah pelatihan dasar, selanjutnya adalah kegiatan pelatihan dan pendampingan lanjutan yang akan dilaksanakan pada tahun 2023.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Wira Hakim, Advisor Pengembangan Kapasitas SDM
Edy Marbyanto, Manajer Bidang Strategis, Pengembangan Kapasitas SDM
Kelompok Tani Hutan (KTH) Bikar adalah salah satu KTH yang dibina oleh Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Tambrauw di Kampung Bikar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Kampung ini memiliki beberapa potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK), salah satunya adalah minyak lawang yang dihasilkan dari pohon kayu lawang (Cinnamomum culilawan). Minyak lawang dipercaya sebagai obat luar yang berkhasiat untuk meredakan pegal-pegal, rematik serta mempercepat penyembuhan luka. Kulit kayu C. culilawan telah dimanfaatkan secara turun temurun dan dikelola secara tradisional oleh masyarakat di Kampung Bikar. Biasanya para petani membutuhkan waktu empat sampai lima hari untuk menghasilkan minyak lawang. Lokasi pengolahan minyak lawang berada di hutan dan membutuhkan waktu 1 – 2 hari perjalanan dari perkampungan. Oleh karenanya, petani biasanya berkemah di dalam hutan. Sementara itu, minyak lawang yang dihasilkan dijual ke salah satu penadah di Kota Sorong di dalam jerigen berukuran 5 Liter dengan harga berkisar Rp350.000 – Rp400.000.
Berdasarkan kondisi di atas dapat dilihat bahwa usaha (tenaga, waktu, biaya) yang dikeluarkan oleh KTH lebih besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan pemasaran yang efektif dan efisien agar petani memperoleh manfaat yang lebih baik. Untuk itu, Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Unit IV Tambrauw, didukung FORCLIME, mengadakan pelatihan pengolahan minyak lawang dan pengemasan produk dalam rangka mendorong pengelolaan produk yang lebih tepat. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 1 – 2 Desember 2022 di Kampung Bikar, Kabupaten Tambrauw dan diikuti oleh Kelompok Tani Hutan Bikar yang beranggotakan 19 laki-laki dan 8 perempuan.
Minyak lawang yang dihasilkan selanjutnya dikemas di dalam botol kaca berukuran ± 100 ml. Desain produk dibuat dengan menonjolkan identitas KTH Bikar sebagai kelompok pemilik dan pengguna HHBK dan KPHP IV Tambrauw sebagai pengelola kawasan.
Tantangan yang masih dihadapi kelompok tani adalah minyak yang diproduksi dengan pengolahan tradisional belum menghasilkan minyak yang jernih. Selain itu, untuk menghasilkan minyak lawang, masyarakat masih menebang pohonnya. Sehingga sistem produksi tersebut bersifat tidak berkelanjutan. Oleh karenanya, KPHP IV Tambrauw dan kelompok tani hutan telah memasukkan program budidaya atau penanaman pohon lawang ke dalam Rencana Kerja Kelompok Tani Hutan. Jadi setelah memanen kayu lawang, akan dilakukan penanaman sebagai pengganti pohon yang ditebang. Pelaksanaan program ini akan dikerjakan bersama-sama. Sedangkan untuk menghasilkan minyak yang lebih jernih, akan dilakukan pelatihan untuk penjernihan produk. Selain itu juga akan diadakan pelatihan terkait dengan pemasaran produk.
Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Melanesia Brigite Boseren, Advisor Junior bidang penghidupan (livelihood) pedesaaan, pengelolaan dan konservasi hutan
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua dan Papua Barat