FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Dalam rangka memperkuat kapasitas tingkat pejabat struktural di instansi kehutanan di Tanah Papua, FORCLIME mengadakan serial pelatihan Manajemen Perubahan dan Kepemimpinan (Change Management and Leadership) bagi para pejabat struktural di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Cabang Dinas Kehutanan (CDK), serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pelatihan ini dimaksudkan untuk membekali para pejabat struktural di instansi tersebut dengan pengetahuan dan keterampilan terkait kepemimpinan dan cara mengelola perubahan sehingga nantinya dapat menjalankan tugas dengan baik. Pelatihan ini difasilitasi oleh MDF Pacific Indonesia, lembaga yang berpengalaman dalam memberikan bimbingan konsultasi, fasilitasi, evaluasi, pengembangan usaha, dan layanan kemitraan di seluruh dunia.
Pelatihan ini dilaksanakan atas kerja sama FORCLIME dengan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua di Provinsi Papua dan Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat. Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam dua kelompok (batch) di masing-masing provinsi. Di Provinsi Papua batch pertama diselenggarakan di Jayapura pada tanggal 29 Agustus hingga 2 September 2022 dan batch kedua pada tanggal 5-9 September 2022 Sedangkan batch pertama di Provinsi Papua Barat pada tanggal 12 - 16 September 2022 dan batch kedua pada tanggal 19 -23 September 2022 di Sorong. Jumlah peserta di masing-masing batch pelatihan berkisar 20-22 orang.
Program pelatihan Mengelola Perubahan dan Kepemimpinan ini diselenggarakan dalam lima hari. Materi pelatihan yang diberikan berdasarkan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai, meliputi:
1. Kepemimpinan Organisasi dan Kompetensi Pemimpin/manajer.
2. Mengenal Diri dan Interaksi di Tempat Kerja.
3. Mengelola Tim dan Pengambilan Keputusan.
4. Menghadapi Tantangan Baru dan Siklus Perubahan.
5. Mengelola Perubahan.
“Saya sangat senang sekali dengan pelatihan ini. Belum ada pelatihan seperti yang kita ikuti dan ini sangat bermanfaat sekali untuk kami para pemimpin dan calon pemimpin yang akan datang. Pembelajaran yang diperoleh dari pelatihan ini dapat diterapkan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam membina kelompok tani hutan untuk meningkatkan produk-produk yang sudah ada pada wilayah dan unit kerja”, kata Debora Ludia Sawen, S.Hut., M.Si., Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan sekaligus sebagai pelaksana harian Kepala KPHP Unit XXI Lintas Sarmi Mamberamo, Provinsi Papua.
Lain lagi pengalaman yang disampaikan oleh Donny Natalion Bosawer S.Hut., M.Sc., Kepala Cabang Dinas Kehutanan Sorong Selatan, Papua Barat yang pada saat penutupan acara pelatihan menyampaikan kesan bahwa; “Pelatihan ini sangat menarik dan menyenangkan. Dari pelatihan ini saya menarik kesimpulan bahwa untuk bisa mendorong dan memimpin perubahan, saya perlu merubah diri saya sendiri. Perubahan harus dimulai dari diri saya sendiri. Saya tidak akan bisa memimpin perubahan bila saya sendiri tidak bisa memberi contoh kepada anak buah saya atau ke orang lain”.
Pelatihan ini dilaksanakan FORCLIME untuk menyiapkan rimbawan pemimpin perubahan Tanah Papua masa depan.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Edy Marbyanto, Manajer Bidang Strategis, Pengembangan Kapasitas SDM
Nita Yohana, Advisor bidang pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua Barat.
Balai Taman Nasional Wasur bersama FORCLIME memfasilitasi kelompok tani hutan dari Kampung Yanggadur, Merauke bertukar pengetahuan dengan pengurus desa dan kelompok tani lebah madu Buana Sari di Desa Yeh Sumbul, Kabupaten Jembrana, Bali. Kelompok Tani Hutan (KTH) dari Kampung Yanggadur merupakan KTH dampingan FORCLIME dan Taman Nasional Wasur yang memiliki usaha budidaya lebah. Kunjungan yang dilaksanakan pada tanggal 4 September 2022 tersebut juga diikuti oleh kelompok tani hutan dukungan dari kampung Tablasupa, Dosai, Maribu, Pasir 6 dan Wasur. Rombongan diterima dengan baik oleh Kepala Desa Yeh Sumbul, bapak I Putu Gede Diantariksa, S.T. Dalam acara tersebut, hadir pula Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kabupaten Jembrana, bapak Made Gede Budhiarta, SSTP, M.S., serta pendamping dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana.
Kelompok Buana Sari memiliki anggota 34 orang dengan bidang usaha budidaya lebah madu jenis Apis mellifera dan jenis Trigona. Lebah jenis Apis melifera menghasilkan madu lebih banyak, selain itu, lebih mudah dalam pengembangannya. Kelompok ini memproduksi berbagai varian madu termasuk royal jelly dan bee pollen. Selain itu, mereka menjual koloni lebah madu. Dalam pertemuan tersebut, Wakil Asosiasi Pengusaha Indonesia Cabang Bali, I Made Dwi Suwardi, menjelaskan mengenai usaha budidaya lebah madu hingga pemasaran produk yang dihasilkan. Yang sangat menarik dari kelompok ini adalah inovasi rekayasa menghasilkan ratu lebah super. Dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah, mereka melakukan beberapa kali uji coba hingga menghasilkan ratu lebah super.
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai cara menghasilkan ratu lebah madu super, peserta mengunjungi galeri pemasaran yang menampilkan produk Kelompok Buana Sari.
“Dengan melihat yang sudah dilakukan oleh Kelompok Buana Sari, saya termotivasi untuk mengembangkan madu Trigona lebih baik lagi, termasuk kedepan semoga bisa juga mengembangkan madu dari jenis lebah Apis melifera”, ungkap ibu Rosalina Pinto Ndimar (perwakilan kelompok Empi Wai Tetepu dari Kampung Yanggandur).
Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Theodora F. Resubun, Advisor pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, Pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua dan Papua Barat
Sebagai salah satu upaya untuk berbagi pengalaman dan juga memotivasi Kelompok Tani Hutan (KTH) di Papua dalam rangka pengembangan wisata alam, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, Balai Taman Nasional Wasur bersama FORCLIME memfasilitasi KTH dari kampung Tablasupa, Dosai, Maribu, Pasir 6, Yanggandur dan Wasur mengunjungi Desa Wisata Blimbingsari di Kabupaten Jembrana, Bali. Kunjungan yang dilaksanakan pada tanggal 3 September 2022 ini adalah salah satu agenda dalam rangka menghadiri dan mengadakan pameran dalam perayaan Hari Konservasi Alam Nasional, yang tahun ini diselenggarakan di Taman Nasional (TN) Bali Barat.
Dalam kunjungan studi ini, peserta didampingi oleh pendamping kampung wisata dari TN Bali Barat, bapak Nana Rukmana. Rombongan diterima dengan sangat hangat oleh Perbekel (sebutan lokal untuk kepala desa) Blimbingsari, bapak I Made John Ronny, di Kantor Desa Blimbingsari.
Desa Blimbingsari merupakan desa wisata yang pengelolaannya berbasis masyarakat (community-based tourism). Di desa ini tidak boleh dibangun hotel atau restoran, semua pelayanan wisata termasuk penginapan (guest house) dan makanan dilakukan oleh masyarakat desa. Dengan pendampingan dari Taman Nasional Bali Barat, Desa Blimbingsari ini menjadi salah satu tempat untuk penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildi). Burung jalak bali hasil penangkaran akan dikembalikan ke alam. Kegiatan ini merupakan salah satu daya tarik pengunjung. Desa Wisata Blimbingsari memiliki paket wisata lintas alam, pengunjung dapat menikmati keindahan alam, keunikan budaya sambil mengamati burung jalak bali. Fasilitas lain yang ada di desa wisata ini adalah camping ground yang dapat disewa oleh pengunjung.
Selain itu, Desa Blimbingsari juga merupakan desa tujuan wisata rohani dimana terdapat akulturasi budaya Bali dalam kehidupan masyarakat yang menganut agama Kristen. Hal ini menjadi daya tarik wisata dengan ikon utama bangunan gereja dengan ciri khas arsitektur Bali dan juga tata ibadah yang menggunakan tradisi Bali, termasuk penggunaan alat musik tradisional gamelan Bali dalam tata ibadah di gereja.
Dalam pertemuan tersebut, bapak Made menjelaskan bahwa pengembangan wisata di desa ini didukung penuh oleh pemerintah desa lewat bantuan dan pendampingan serta kerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Masyarakat di desa ini sangat baik dalam pengelolaan sampah. Sejak masuk gerbang, desa ini terlihat apik dan bersih. Pemilahan sampah sudah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dan penjualan sampah dilakukan lewat Bank Sampah. Penyadaran akan pentingnya kebersihan mulai ditanamkan pada anak-anak lewat bangku sekolah, selain itu, keberhasilan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan juga berkat peran pemuka agama lewat kotbah di gereja.
Dari kunjungan studi ini, KTH Papua berdiskusi dan mendapatkan informasi langsung dari Kepala Desa Blimbingsari tentang bagaimana mengelola kelompok, dukungan kampung terhadap kelompok, sistem pemesanan paket wisata. Salah satu pembelajaran yang menarik adalah pembagian hasil antara masyarakat, retribusi untuk TN Bali Barat dan BUMDes sudah dilakukan lewat aplikasi. Sehingga sejak tiket dipesan oleh tamu, pembagian retribusi sudah terdistribusi kepada masing-masing pihak. Dengan demikian, pembagian hasil menjadi lebih transparan.
“Senang sekali bisa terlibat dalam kegiatan ini, sangat menginspirasi dan memotivasi saya dalam melakukan pengembangan ekowisata di Tablasupa. Kampung Tablasupa sebenarnya punya potensi yang tidak kalah dengan potensi yang saya lihat di Bali, hanya saja pengelolaan dan kesadaran dari kelompok yang masih harus ditingkatkan. Semoga dengan pendampingan dari BBKSDA dan FORCLIME pelan-pelan pengembangan ekowisata yang dilakukan di kampung Tablasupa bisa lebih baik,” kata Orpa Kisiwaytouw dari Kelompok Pecinta Alam Tablasupa.
Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Theodora F. Resubun, Advisor pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, Pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat