FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Menindaklanjuti kegiatan sosialisasi perhutanan sosial dan program FORCLIME di kampung-kampung dukungan: Bikar dan Emaus di Kabupaten Tambrauw serta Haha dan Wendi di Kabupaten Sorong Selatan, FORCLIME bersama Dinas Kehutanan Papua Barat mengadakan pertemuan pada tanggal 24 – 31 Juli 2022. Pertemuan-pertemuan di kampung-kampung tersebut bertujuan untuk memfasilitasi Kelompok Tani Hutan menyusun rencana kerja. Adanya rencana kerja ini akan membantu kelompok tani hutan untuk mendapatkan bantuan, baik dari mitra kerja seperti FORCLIME, maupun dari sumber pemerintah melalui dana desa, serta sebagai panduan untuk melaksanakan dan mencapai tujuan bersama.
Materi bahasan dalam pertemuan tersebut termasuk:
- Mengidentifikasi dan melengkapi dokumen administrasi serta peralatan yang diperlukan kelompok tani hutan.
- Mengidentifikasi dan menetapkan produk yang akan dikembangkan.
Beberapa produk yang akan dikembangkan di masing-masing KTH di kampung dampingan adalah sebagai berikut:
- Kampung Bikar:
KTH Bikar: Minyak lawang dan rotan
- Kampung Emaus:
KTH Emaus: Buah kemiri dan madu
- Kampung Haha:
KTH Imian: Gaharu
KTH Sesna: Sagu
KTH Nagi: Sagu
- Kampung Wendi:
KTH Wendi 1: Gaharu
KTH Wendi 2: Sarang semut
KTH Lembah Hijau: Madu
Pertemuan tersebut berhasil mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain:
- Study trip terkait dengan manajemen kelompok dan produk.
- Identifikasi sumber daya yang ada.
- Pelatihan-pelatihan: pengolahan produk, peningkatan kualitas produk, packaging dan branding, akses dan peluang pasar, lisensi, manajemen stok/sumber daya, manajemen finansial.
Selanjutnya akan disusun jadwal pelaksanaan kegiatan berdasarkan prioritas yang disepakati bersama.
Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Melanesia Brigite Boseren, Advisor Junior bidang penghidupan (livelihood) pedesaaan, pengelolaan dan konservasi hutan
Nita Yohana, Advisor bidang pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua Barat
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis, pengelolaan hutan lestari dan koordinator Provinsi Papua dan Papua Barat
Dalam rangka menyemangati dan memotivasi kelompok perempuan yang berkegiatan usaha budidaya anggrek, yang sempat vacuum karena adanya pandemi Covid-19, Forum Koordinasi dan Komunikasi Cagar Biosfer Lore Lindu bekerja sama dengan FORCLIME mengadakan studi banding bagi kelompok perempuan anggrek di wilayah Cagar Biosfer Lore Lindu pada tanggal 26 – 30 Juli 2022. Kelompok, yang diberi nama KAREBA Orchid CBLL, ini mengunjungi Kebun Raya Bogor, Gino Nursery (Parung), Uli Anggrek dan Taman Anggrek Ragunan. Menurut Dr. Sri Ningsih Mallombasang, pembina kelompok anggrek dari Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, kegiatan ini sangat penting guna memperkuat motivasi dan menambah pengetahuan kelompok perempuan tentang jenis, teknik budidaya, nilai ekonomi hingga jaringan dan pasar anggrek. Penguatan kapasitas untuk budidaya dan nilai ekonomi anggrek ini menunjang kegiatan konservasi anggrek dan ekosistem hutan di wilayah Cagar Biosfer Lore Lindu, oleh karena menjadi pendapatan tambahan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan ini.
Dari studi banding ini, peserta mendapatkan informasi dan pengetahuan secara langsung dalam perawatan dan budidaya anggrek, termasuk pembibitan, pengendalian hama penyakit maupun bagaimana menata dan mengelola greenhouse. Studi banding ini juga berkontribusi pada pengenalan jaringan penangkar dan pasar anggrek.
Setelah kembali dari studi banding, mereka sepakat untuk melakukan restrukturisasi kelompok, membuat jadwal tugas pemeliharaan dan pertemuan berkala untuk saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman.
Sejak November 2017, FORCLIME melakukan pendampingan bagi kelompok perempuan dalam membudidayakan anggrek di desa-desa Karunia, Rejeki dan Bahagia. Berbagai pelatihan telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan di ketiga desa tersebut dalam pengembangan budidaya anggrek.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Fikty Aprilinayati, Advisor bidang Pengelolaan Hutan Lestari dan Pengelolaan Cagar Biosfer
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Dalam rangka mendukung pengembangan ekowisata di Hutan Diklat Tabo-tabo, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan dan FORCLIME menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pengembangan Eko Edu Wisata di kawasan hutan dan sekitarnya di Kampus Hutan Diklat Tabo-tabo pada tanggal 26-28 Juli 2022. Tujuan Kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan para pemangku kepentingan untuk melakukan pengelolaan eko edu wisata yang ramah lingkungan di kawasan Tabo-tabo. Peserta pelatihan sebanyak 30 orang merupakan perwakilan dari Kelompok Tani Hutan Desa Wisata (Deswita), pendamping lapang dari BD LHK Makassar, anggota Kelompok Tani Hutan Tinambung Desa Bisoloro-Gowa dan Pemerintah Desa Tabo-tabo. Narasumber pelatihan ini adalah BD LHK Makassar, Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Sulawesi, FORCLIME, pengelola wisata di Bisoloro dan konsultan East Java Ecotourism Forum (EJEF).
Materi yang disampaikan dalam bimbingan teknis ini antara lain:
• Kebijakan pemerintah dalam pengembangan ekowisata.
• Kelembagaan pengelola ekowisata.
• Pengelolaan kawasan ekowisata.
• Pengembangan produk ekowisata.
• Pemasaran produk ekowisata.
• Penyusunan rencana aksi.
Dalam bimbingan teknis, narasumber EJEF menggaris bawahi bahwa pengembangan ekowisata berbasis masyarakat harus diwadahi melalui Badan Usaha Milik Desa agar dukungan lintas sektoral bisa diperoleh. Untuk kasus pengelolaan wisata oleh KTH Deswita, aspek legalitas pengelolaan wisata oleh KTH Deswita perlu segera disiapkan melalui penanda tanganan Naskah Kesepakatan Kerja Sama antara BD LHK Makassar selaku pemangku kawasan dengan Pemerintah Desa Tabo-tabo/KTH Deswita.
Pada hari kedua, peserta mengunjungi dan berdiskusi dengan pengelola ekowisata berbasis masyarakat di Desa Bisoloro, Kabupaten Gowa – Sulawesi Selatan. Pada hari terakhir, peserta mengidentifikasi dukungan yang diperlukan untuk tindak lanjut pasca bimbingan teknis yang mencakup:
• Kelompok Deswita membutuhkan kegiatan pendampingan khususnya dari para pendamping pemberdayaan BD LHK Makassar.
• Perlu disegerakan adanya Naskah Kesepakatan Kerja Sama untuk menjamin kepastian hukum dalam pengembangan ekowisata di Tabo-tabo.
• Perlu pengembangan kapasitas (termasuk pelatihan, magang, mentoring) bagi anggota Deswita dalam berbagai aspek ekowisata.
• Penyusunan rencana pengembangan ekowisata desa Tabo-tabo.
• Perlu pembuatan tanda penunjuk arah (signpost) untuk mendukung promosi ekowisata Tabo-tabo.
• Pengembangan sekretariat kerja untuk pengembangan ekowisata
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Daniel Maertz, Advisor Bidang Pendidikan dan Pelatihan Orang Dewasa
Edy Marbyanto, Manajer Bidang Strategis, Pengembangan Kapasitas SDM